Labels

Maret 29, 2012

Surabaya, Oh Surabaya.. Part 1

"Surabaya adalah kota berbalut beton dan kaca.."
Statement dari salah satu cerita pendek buatanku. Tapi setelah memikirkannya kembali, Surabaya tidak seasing itu. Nostalgia masa lama kutemukan di banyak sudut kota ini. Ya, aku mencintai kota Surabaya seakan ini adalah kota kelahiranku. Setidaknya memang benar begitu, Surabaya adalah kota kelahiranku. Lahirnya aku yang baru. Seperti apa sih aku yang baru?

Awal mula aku menginjakkan kaki di tanah bonek ini seorang diri tanpa keluarga atau kawan, biasa saja sih. Tapi menurutku 'saat pertama' itu bisa kugambarkan dalam kronologi perjalananku dari Denpasar dengan tujuan daftar ulang di perguruan tinggi yang mitosnya peringkat ke-100 di dunia, WOW!. Jadi waktu itu konyol sekali. Hari yang sungguh tak kupercaya aku pernah melaluinya. Tapi pemandangan gedung pencakar langit kawasan Cito sempat membuatku bersemangat. Yeah! peradabanku telah berubah. Setelahnya isinya hanya tipuan!

Terminal Joyoboyo adalah tempat yang bisa menguras kesabaran dan segenap prasangka buruk. Aku berprasangka sedemikian buruknya terhadap kota Surabaya, karena ketiga saudaraku pernah mengadu nasib di kota ini dan ketiganya sepakat bahwa Surabaya adalah kota dengan tingkat kriminalitas dan kebejatan moral yang tinggi. Aku cukup was-was. Tapi tekadku yang bulat mampu resisten terhadap pikiran-pikiran burukku. Jadi aku melaju dengan bemo pertama yang aku naiki setelah saat ini aku sudah bereksperimen dengan segala macam bemo. T2 berwarna kuning pucat menghantarkanku menuju kawasan Mulyosari, tujuan bulatku. Betapa jauhnya dan mencemaskannya karena aku tidak tahu seperti apa tempat yang aku tuju. Dan lebih beratnya lagi aku membawa koper besar selayaknya TKW pulang kampung. Aku hanya mengandalkan petunjuk si sopir yang betapa beruntungnya aku karena dia melupakanku pada akhirnya. Singkat kata, dari Joyoboyo ke Mulyosari saja aku butuh transit hingga 3 kali naik bemo yang bertipe sama. Dam*!

Begitu sampai di tempat tujuan. Takjub sekali ya, masih tersisa kawasan yang lumayan rindang di tengah kota Surabaya yang seperti neraka dunia. Namun aku belum bisa bernafas lega, karena segala urusan baru dimulai sekarang. Aku harus memperjuangkan nasib karena aku sudah tidak menemui jalan untuk kembali. Apakah yang sesungguhnya terjadi??.................................... to be continued! ^_^