Labels

Juli 19, 2012

Sebuah Harapan (Palsu)


Bismillahirahmanirrahim..

Karya sastra ini saya tulis dengan penuh penghayatan. Apalagi setelah dimulai dengan bismillah ba’da tahmid didalam hati, semoga ini bermanfaat. Tidak, ini tidak seserius itu seolah aku mau menuliskan wasiat sebelum kematian. Aku hanya sedang mencoba mengelupas sisi kehidupanku yang terdalam. Sebagaimana remaja pada umumnya (saya agak malu mengatakan bahwa saya remaja: dalam bahasa inggris teenagers, padahal diri saya sudah tidak berusia ‘teen’ lagi tapi ‘tweenties’ jadi saya mengkonfirmasi dulu sebelum nantinya ada yang menuduh saya telah melakukan penipuan besar – OUCH! ) saya mencoba menemukan jati diri saya; WHO AM I??

Nama saya terdiri dari 14 huruf (nama asli, Boo-SS terus terang palsu: sepalsu diri saya yang sebenarnya :D). Saya perempuan, tentu saja. Meskipun saya akui bahwa kelahiran saya sempat membuat bapak saya frustasi. Beliau amat sangat mendambakan kehadiran anak laki-laki disaat sudah memiliki 3 anak perempuan. Dari sisi inilah saya merasa memiliki kemiripan dengan keluarga Bennet dalam novel favorit saya sepanjang masa yakni Pride and Prejudice. Kekecewaan bapak saya cukup beralasan, beliau menginginkan seorang penerus yang bisa menjadi seniman kenamaan yang meneruskan karir bapak saya yang terhenti akibat penyakit yang dideritanya. Kambing yang telah dibelinya semasa saya berada dalam kandungan, yang diharapkannya akan digembala oleh saya saat saya (yang diharapkan sebagai seorang anak laki-laki yang ganteng, ehem!) lahir, kemudian disembelih dengan dalih syukuran. Padahal itu merupakan perwujudan dari yang namanya desperate. Keluarga saya memang so sweet, kami adalah manusia yang bisa mensiasati kehidupan; akan dengan mudah merubah kekecewaan menjadi rasa syukur sehingga kekalahan menjadi kemenangan yang tertunda. 

Itulah sebenarnya yang mendasari benih-benih feminis dalam diri saya. Memangnya mengapa jika saya tidak terlahir sebagai laki-laki??. Sangat tersengat rasanya saat membaca artikel yang mengutip pernyataan seorang tokoh dunia (entah siapa itu, saya sering lupa dengan nama orang dan tahun) yang menyatakan bahwa Wanita adalah manusia yang gagal menjadi laki-laki. Lalu saya jawab dalam hati (gerundel); Laki-laki adalah manusia yang tidak sanggup menjadi wanita. Bahkan filsuf jaman kuno entah itu Plato atau siapa mengatakan bahwa wanita adalah makhluk yang tidak memiliki jiwa. Lalu apa yang kau lihat selama ini??, zombie???!. Yah sudahlah, Biarkan Mereka Berkembang. Hanya saja, mengapa mereka tidak dapat memahami bahwa wanita adalah wanita dan laki-laki adalah laki-laki, ini yang disebut harmoni, balance, yin-yang e.t.c. Laki-laki bisa disebut laki-laki karena ada jenis lainnya yakni perempuan, begitupun sebaliknya. 

Well, untuk itu kemudian aku membuktikan kepada bapakku bahwasanya meskipun perempuan aku bisa mewujudkan segala cita-citanya yang terhenti. Bapak ingin anak yang pandai melukis, oke aku bisa. Bertahun-tahun aku memaksakan diri untuk menyukai mata pelajaran seni rupa disekolah meskipun menurutku sangat membosankan. Kemudian bapak menyadarkanku bahwasanya aku telah gagal total dalam bidang ini; “kok dari jaman TK sampai mau SMA gambaranmu tetep itu-itu saja. Gunung, sawah, jalan raya dan tiang listrik, memang dunia ini sesempit itu ya?”. (=.=”)

Harapan kedua bapak yakni ingin penerus yang bisa melestarikan kesenian wayang kulit pakem Jawa. Aku menerima usulan bapak untuk mengkarantinakan diriku di sanggar seni milik saudaraku yang khusus melatih generasi-generasi berbudaya. Berbagai posisi telah dicobakan untukku. Sebagai sinden aku sudah divonis tidak cocok karena suaraku tidak feminin, malah saat kucoba bersuara sefeminin mungkin aku malah diolok dengan amat sangat menyakitkan; “kamu kalau ngomong begitu kayak banci habis minum baygon”, Sakiiiittt!!. Begitupun saat mencoba posisi sebagai ‘panjak’ (kru musik dalam pertunjukan wayang) aku kemudian di judge sebagai manusia yang tidak memiliki sense of melody sama sekali, what?, are you **ck*** kidding me??. Harapan terakhir, aku gabung dengan grup penari ‘remong’, beberapa jam saja berlatih aku sudah di komen oleh salah seorang penonton latihan; “mbak punya penyakit tulang, encok atau asam urat begituan ya?, kaku banget gerakannya”. Baiklah aku menyerah, dunia ini serasa tak adil sekali bagiku. (back sound; Dewiq “Dunia sedang tak bersahabat, ingin kubawa hancur bersamaku.. Hoooo”).

Klimaksnya aku pulang menghadap ayahanda dengan wajah yang tertunduk, sama sekali tak punya keberanian untuk menegakkan kepala (gak gitu-gitu amat kalee). Akan tetapi kepulanganku dari summer camp di Asrama seni itu memang sebuah pukulan yang amat keras bagiku, aku telah merasa menjadi orang paling gagal di bumi ini dengan bentuk kegagalan yang paling hina: gagal menjadi anak. T.T

Namun bapakku yang wise kemudian berkata; “gak pa pa nak, bapak tetap bangga kepadamu. Meskipun kau bukan anak laki-laki sehingga tidak dapat mewarisi kegantengan bapakmu ini, ditambah lagi meskipun perempuan kau juga tidak cantik” (back sound: Krieeeekkkk!!!). “Lalu apa yang ananda bisa lakukan untuk menebus dosa tidak cantik dan tidak ganteng ini ayahanda?”. “tidak ada, kau sungguh mematikan seluruh harapan manusia di bumi ini”. “Tapi, apakah ayahanda tidak memiliki harapan lagi?”. “ada sih sebenarnya, elo pengen tau??”. “iya ayahanda, katakan saja. Kali ini akan ananda kabulkan”. “Karena aku ingin anak yang tampan maka sekaligus aku senantiasa mendambakan menantu yang cantik”. Anak dari bapak gila ini langsung speechless kemudian membeku (dilanjutkan dengan kerudungan kresek lalu turun panggung). 

*Cerita ini diilhami oleh kisah nyata, namun agar menarik banyak diselingi dengan dramatisir yang berlebihan. Berharap ada yang tertarik memasangkan iklannya di blog yang diakui oleh pemilik sebagai blog yang useless dan amat sepi pengunjung kecuali mereka yang amat kurang kerjaan bisa sampai membaca pesan terakhir ini. Sekali lagi terima kasih telah meluangkan waktu anda yang berharga untuk membaca kegilaan ini. Efek samping setelah membaca ini (misal langsung muntah atau alergi gatal-gatal) tidak ditanggung oleh penulis maupun blogspot. Wassalamualaikum WR. WB ^.^ CAO!!


0 komentar: