Labels

Juni 02, 2013

Sebuah Dongeng:Akhir Hidup Seekor Semut yang Apatis

Seekor semut merah hidup diantara gerombolan semut hitam, berupaya merubah perilakunya sebagaimana perilaku semut hitam, akan tetapi ia tidak pernah diterima sebagai mana semut hitam, sebab bagaimanapun warnanya tidak hitam. Semut merahpun berupaya menemukan koloni semut merah lainya, ia bertemu dengan sekawanan semut.

Ia berpikir bahwa ia sudah berada di tempat yang benar, bersama kawan-kawan sebangasanya, akan tetapi kemudian ia menyadari bahwa ia tidak pernah bisa benar-benar di terima, sebab ia sudah terlahir dan besar dengan sendirinya, dijauhkan dari kehidupan sosial, sehinga bagaiamanapun ia berjiwa anti sosial. Ia kemudian menemukan dunianya, rupanya di sudut selokan bersama selembar daun kering yang cukup menghiburnya sebab cukup asyik dibuat bermain terjun payung. semakin lama ia semakin merasa bahwa ia sama sekali tidak memiliki koloni. 

Ia berusaha membuka pertemanaan dengan semut biru, pink, coklat dan lain sebagainya, akan tetapi ia selalu akan berhenti pada anggapan bahwa; "aku rupanya tidak pernah menjadi teman yang menyenangkan bagi mereka, dan mereka sama seklai tidak pernah mengerti kau, mereka hanya menuduhku, dan aku selalu merepotkan". 

Siapapun yang dekat dengan si merah, akan berakhir kecewa, sebab sifatnya yang penyendiri dan memang hanya bisa dimengerti dirinya sendiri. Ia tidak pernah berupaya untuk berbaur dan berbagi pikiran dengan kawan semut lainnya. Akan seperti apa akhir cerita dari si semut merah?. Semut merah tidak akan pernah mengerti apapun kecuali menyenangkan diri sendiri, ia hanya akan mati apabila tanah yang digalinya cukup penuh untuk mengubur dirinya, bukan di dalam lubang, tapi dalam gundukan. Ia akan menghilang tanpa orang lain tahu, ia terperangkap dalam gundukan tanah tanpa semut lainnya tahu bahwa ia terkubur oleh apa yang ia sendiri gali dengan sendirinya. end.

April 21, 2013

Becoming Women: What The H*ll is going on to the feminism??

TENTANG KARTINI DAN HARI PERINGATANNYA
 
Hari ini hari kartini, dan tidak ada kaitannya apakah saya Kartini mania atau bukan, saya hanya merasa perlu merefleksikan diri perempuan saya pada moment yang telah disepakati oleh negara ini sebagai moment tertentu dalam sejarah, yang menyeret kaum wanita dalam catatannya.

Saya juga memiliki pertanyaan yang sama dengan saudara-saudara sekalian mengenai apa makna Hari kartini? mengapa harus Kartini, dan bagaimana harus memaknainya dalam kehidupan saat ini?.Apabila anda berkenan (saya rasa harus berkenan, karena ini blog prribadi saya) saya ingin menyampaikan beberapa pendapat. Hari kartini maknanya adalah, bahwa bangsa Indonesia rupanya tidak semuanya buta akan eksistensi kaum perempuan sebagai kaum yang berdaulat dan merdeka untuk berkiprah sebagaimana yang dilakukan kaum lainnya. Sejak jaman dahulu, dimana kebayakan orang Indonesia, terutama perempuannya waktu itu sibuk memikirkan apakah besok masih ada iubi yang bisa dimakan, seorang kartini sudah memiliki pemikiran mengenai peran perempuan yang selama ini secara kultural 'dengan sengaja' dihilangkan dalam catatan kehidupan manusia. 

Tidaklah mengherankan mengapa Kartini, mengapa bukan perempuan lain?, dia kan bangsawan yang tidak perlu repot-repot berfikir mengenai apa yang dimakan besok, segalanya sudah tersedia dalam jumlah yang banyak. Kalau begitu mengapa bukan perempuan lain?, mengapa bukan Dewi Sartika, Cut Meutia, dkk?. Itulah kekuatan nilai dari sebuah wacana, kartini secara kuantitas tidak berperan sebesar nama-nama lain tersebut, karena Kartini tidak menantang penjajah, ia bekerja dalam ketentraman persahabatan dengan orang Belanda, sang penjajah. Hal inilah kemudian yang oleh kaum 'sinistis' (berasal dari kata sinis, suatu kebiasaan yang agak kurang menyenangkan dimana pengidapnya cenderung melabeli suatu hal/ peristiwa atau manusia dengan hal negatif) katakan sebagai bagian dari propaganda kaum Barat. Bangsa ini sudah kebarat-baratan sejak lama, oleh karena itu apa yang disukai oleh barat akan diabadikan olehnya. 

Kebetulan memang karya Kartini "habis gelap terbitlah terang" memang dipublikasikan oleh Belanda dimana memang buku ini adalah kumpulan surat yang kartini kirim ke sahabatnya yang orang belanda itu. Maka tidaklah heran apabila orang belandalah yang menerbitkan buku ini. Seandainya saja para pejuang perempuan kala itu juga rajin berbagi pemikiran sebagaimana yang dilakukan kartini, dan seandainya saja orang Indonesia dianugerhi ketelatenan dan kemampuan naluriah untuk pengarsipan, maka jalan Kartini tidak akan semulus itu untuk memperoleh predikat Pahlawan Nasional, sebab banyak mendapat pesaing. Akan tetapi sejarah membuktikan kekuatan sebuah wacana, dimana tinta hitam lebih abadi dibandingkan dengan darah, dimana ujung pensil lebih tajam dari bambu runcing. Maka dari itu salah satu yang dapat kita petik dari momentum hari kartini adalah bahwa kita masih perlu berjuang, bahwa tinta masih sangat ampuh tak termakan masa.

MENJADI PEREMPUAN BEGITU PENTINGNYA??

Seseorang atau sekelompok orang tidak akan memahami mengapa perempuan begitu getol memperjuangan apa yang mereka nilai 'hal yang sudah sewajarnya' sebelum ia mengerti seperti apa menjadi perempuan. Mereka tidak akan mengerti apabila mereka tidak berusaha memahami dan usaha itu nyaris mustahil apabila mereka masih bukan seorang perempuan. Memang kenapa dengan perempuan. Perempuan makhluk sejuta perkara. Dunia ini adalah perkara bagi perempuan, kehidupan ini sejak bagi buta ketika mata dibuka, perempuan melihat perkara. Sudah jam berapa ini?, apakah anak-anaknya sudah bangun?, Bagaimana kalau mereka sampai terlambat sekolah?, Harus memasak apa hari ini?, Apakah uangnya cukup apabila ia harus menuruti appetite seluruh anggota keluarga?, Apakah langit mendung?, Apakah moodnya baik hari ini?, apakah aku siap mengahadapi hari ini?, apakah perutku tidak sakit?, apakah 'tamu'nya datang, oh jangan hari ini aku ada ujian!. Sama sekali bukan hal penting kan dibandingkan dengan permaslahan negara, inflasi, ancaman nuklir, perang, dan lain sebagainya dimana menurut kultur kaum laki-laki yang berwenang untuk memikirkannya. Hingga pada akhirnya segala sesuatu yang dipikirkan perempuan tidak penting, sebab kultur sudah mengklasifikasikan mana yang penting dan mana yang tidak, seolah yang penting bisa bertahan meskipun yang tidak enting tidak diperhatikan. Apa yang dipikirkan oleh perempuan, apabila tidak dipikirkan oleh perempuan, apakah kehidupan ini bisa tetap berjalan?, BISA!. Apakah yang dipikirkan laki-laki, apablila tidak dipikirkan apakah kehidupan masih bisa berjalan?, BISA!. Lalu siapa yang mengada-ada, kamu atau aku? atau kesemuanya dari kita??.

SUATU JAWABAN YANG BERMEREK FEMINISME

Para perempuan menuntut kesetaraan, cuihh mereka mengada-ada, omong kosong. Bukankah segalanya sudah cukup setara adil sekarang ini?. Kesempatan kerja sudah terbuka lebar, kesempatan meraih pendidikan jenis apapun sudah tidak dibatasi, hanya saja permasalahannya terdapat di perempuan sendiriyang belum mau atau belum mampu mengambil kesempatan tersebut. Benar begitu?.

Mereka masih teriak-teriak mengenai pelecehan seksual, kekerasan, tekanan, dan lain sebagainya. Mereka tidak mau berkaca apakah tingkahnya sudah benar sehingga harus mendapatkan segala perlakuan itu. Jiwa mereka lemah, dientak sedikit saja sudah mewek, lalu laki-laki yang salah karena memiliki intonasi suara yang lebih tinggi?, Jangan bercanda!.

Saya sudah tekankan sebelumnya bahwa anda belum akan mampu memahami mengapa perempuan demikian, mengapa begitu banyakhal dituntut, padahal segalanya baik-baik saja. Lalu saya berkata, anda tidak memiliki mata, hati dan telinga perempuan. Perempuan melihat, merasakan dan mendengar apa yang tidak anda lihat, rasakan dan dengar. Ini kodrati, bahwa masing-masing dari kita dianugerahi kelebihan dan kekurangannya. Apabila laki-laki sudah cukup mengeksplorasi kekurangan dan kelebihannya (jati dirinya), lalu sekarang giliran perempuan. Karena dulu belum diberi kesempatan, saat sekarang diberi kesempatan, perempuan dituduh mengada-ada. Oleh karena itu perempuan melakukan pemberontakan, karena perempuan membenci kerusakan, perempuan tidak mengangkat senjata, mereka mengangkat pena dan suara. itulah feminisme, terlepas dari berbagai genrenya.

Mengapa yang perempuan suarakan cenderung tidak terdengar merdu di telinga laki-laki atau perempuan itu sendiri yang terhanyut dalam logikalisasi laki-laki?. Sebab diantara kita memiliki arah logika yang berbeda, sebab dalam berfikir perempuan memiliki perpaduan dengan perasaan dan itu menurut klasifikasi dunia laki-laki aneh dan terkesan tidak logis. Tapi akankah kalian ketahui bahwa yang kalian pikir logis itu terkadang cukup aneh di benak perempuan. Mengapa untuk pembangunan kita perlu bantai membantai dulu?. Itu salah satu contoh ketidak logisan dalam benak perempuan, tapi cukup logis dan wajar sajaj dalam benak laki-laki. Well, kita berbeda sehingga perdebatan mengenai apakah wacana kesetaraan ini masih perlu atau tidak hanya akan berujung pada debat kusir sebab kita memiliki sudut pandang yang mengkusir juga.

Kesetaraan perlu? YA, sebab kehidupan masih belum setara (Nita, 2013). Mengapa disebut belum setara?. sebab masih ada satu pihak yang merasa superior diantara yang lain. dengan itu mereka dengan leluasa melakukan subordinasi terhadap pihak yang lain. Subordinasi, bahasa berat!. Memang apa yang kau ketahui tentang subordinasi?, kau mengalaminya? atau hanya hasil kekaguman terhadap buku-buku feminismu?. Saya mengalaminya, didunia saya yang bebas, merdeka dan mandiri, saya masih merasa ditekan. Apabila saya bukan perempuan, saya yakin saya tidak akan mengalami hal-hal semacam ini. Bahkan beberapa teman menilai saya 'tidak cukup' perempuan. Akan tetapi tampilan dan keperempuanan saya bagaimanapun tidak memunafikan identitas saya sebagai perempuan. Lalu apa yang terjadi. Saya berfikir bahwa perempuan manapun pasti memiliki riwayat yang tak terlupakan berkaitan dengan identitas keperempuanannya. Menyadari atau tidak, semua perempuan pasti mengalami 'pelecehan'. 

Mengapa dilecehkan?, karena mereka merasa lebih superior dibandingkan dengan kita. Pelecehan bentuk apa itu. Saya baru menyadari bahwa terdapat juga yang namanya tekanan psikologis yang dihasilkan atas tindak pelecehan yang menyakiti tidak hanya fisik tapi psikologis. Apabila diteliti secara medis, tidak akan terlihat dampaknya, tapi karena perempuan memiliki sisi psikologis yang khas, dalam dan amat rumit, suatu tindakan pelecehan tidak langsung bisa berdampak fatal dalam kehidupan perempuan. Beban psikologis akan mempengaruhi fisik dan tidak dipungkiri bahwa manusia bisa mati karena tekanan psikologis. 

Saya baru menyadari akan urgensi wacana kesetaraan setelah saya mengalami insiden yang sangat membuat saya kehabisan akal. Suatu insiden yang untuk keluar dari mulut saya saja susah untuk diucapkan sebab berkaitan dengan apa yang dikatakan budaya sebagai 'taboo'. Oleh karena itu beban psikologisnya semakin menjadi dan kemudian berkembang dalam pikiran saya bahwa hal seperti ini tidak bisa jika hanya didiamkan saja. Saya bisa merangkum kejadian itu dalam bahasa kiasan, dan suatu saat nanti apabila saya cukup mempunyai power untuk itu saya akan menceritakannya. Jadi kejadian itu adalah saat dimana seorang oknum melakukan tindakan yang secara psikologis menekan saya. Sebab saya merasa dilecehkan dengan tindakan itu, sehingga memakan cukup banyak waktu untuk berfikir mengapa hal demikian terjadi, mengapa ia melakukannya?. Saya kembalikan pada diri saya sendiri, apakah saya pantas mendapat perlakuan seperti itu?, tidak, sebab saya sedang dalam sikap dan penampilan yang amat baik. Lalu mengapa ia melakukannya?, apakah kamu sanggup melakukan hal itu?, menurutku tidak, Dan tidak akan da perempuan yang sanggup melakukan itu terlepas ia waras atau sinting. Lalu mengapa orang itu demikian, sebab ia merasa ia dapat melakukannya sebab ia lebih superior, dan tindakannya merupakan cermin kesuperiorotasan. Tidak ada hal lain yang dibanggakan kaum laki-laki keculai superioritas, jarang sekali diantara mereka ada yang bangga apabila mereka dinilai cinta damai dam lembut. Mereka akan amat bangga apabila disebut tangguh dan perusak. 

Lebih jauh lagi saya berpikir mengapa ini terjadi? sebab kesetaraan belum benar-benar terwujud. sebab masih ada yang merasa lebih superior dibandingkan dengan yang lain, sebab masih ada pihak yang cenderung melakukan penekanan terhadap pihak lain. Bagaimana agar hal-hal demikian tidak terjadi?. Maka kesetaraan harus mulai dibangun. Dekonstruksi budaya memang mustahil terjadi apabila tidak pernah dicoba. Sedikit demi sedikit pasti akan bisa dirubah. Ingat bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali Tuhan dan perubahan, mengapa dekonstruksi budaya mustahil terjadi?. Upaya ini memang berat, belum lagi tamparan dan bantahan dan hujatan yang akan diterima sebab dinilai mempersulit hal yang mudah. Akan tetapi tidakkah kalian semua menyadari bahwa permasalahan ini adalah permasalahan umat manusia, yang ini juga memberi dampak yang luar biasa besarnya bagi perkembangan peradaban kedepannya?. 
.............................................

-TBC-



Maret 27, 2013

Moon's Lover

"saya memang sedikit kuno. maaf saja"

Inilah yang ingin saya katakan pada seseorang diseberang sana yang tiba-tiba saja menge-chat ku di suatu "tembok ratapan". Bukan siapa-siapa, hanya seorang teman lama yang karena tingkahku kemudian dia berfikir yang out of mean/ salah duga. Aku ga perlu menceritakannya panjang lebar tapi aku merasa ingin bercerita sedikit saja karena bagaimanapun juga hal ini membuatku sadar tentang orang macam apa aku ini.
..........................
"nitaa"
"yaa"
"minta no hp nya"
"buat apa?"
"di save nit"
"memang bisa berbunga?"
1,2,3, menit kemudian (jeda yang lumayan panjang)
"disimpan nit" (dia lupa kalau aku lumayan pinter bahasa Inggris)
"iya.."
"bisa berbunga kalau no kamu banyakk"
"memang bisa nambah saldo?" (akhir-akhir ini pikiranku memang hanya berputar pada saldo rekening)
"bisa.. kalau kamu kasih q pulsa tiap bulan"
"heee"
"mana nomornya nitt."
.................
(nita has just left the chat)
 
Saya memang agak kuno karena saya selalu gampang pede. Saya merasa permintaan nomor tanpa alasan bisa berarti sesuatu yang lain. Dan sesuatu itu sangat tidak saya sukai. Memang kenapa butuh nomerku?, apa dia sudah kehabisan akal pengen pasang nomor apa di togelnya?. Padahal belum lama ini aku ingin merubah image ku yang terlanjur 'cuek' bahkan 'sombong'. Aku pengen menjadi orang yang tergambar sebagai sosok baik hati yang ramah, tapi aku masih tidak bisa memaksakan diri, biarkan aku abadi sebagai sebagai seorang yang 'congkak' dari pada harus menerima sms "gi npapz?" di malamku yang khusyuk.

Ah! aku habis nonton dorama yang kereeen banget. Tentu saja doramanya KimuTaku-kun :). Judulnya "Moon's Lover"/ "Tsuki no koibito". Pemeran utama wanitanya cool banget, lebih cool dari pada Han Yoo Joo-nya Coffee Prince. Well, dia pinter banget, aku pengen kayak dia. Emotional Management-nya sungguh luar biasa, bijaksana, gak picik, dewasa, easy going. Over all dorama itu mengajariku bahwa dalam hidup ini kita tidak perlu untuk selalu menjadi pemeran utama, kamu gak akan bisa bahagia kalau kamu menuntut penuh dirimu untuk jadi center from the center. Dan, suatu proses itu manis, saat kamu sukses kamu biasanya tidak sempat merasakan hal-hal kecil disekitarmu. Kamu bahkan lupa bahwa senyummu manis :) (makasih). Jadi untuk apa kamu 'murung' dimasa proses ini? kamu memiliki meskipun tidak semua yang kau inginkan ada, setidaknya kamu memiliki dirimu sendiri, jati dirimu masih utuh, dan sukseslah tanpa meninggalkan jati diri itu..

Selain itu juga apakah aku memang seperti ini, maksudnya seberapa tipis perbedaan antara  konsisten dan keras kepala?. Aku mempelajari feminisme buakan karena apa, bukan karena aku mencari perhatian, atau karena aku ingin tampil beda. Aku hanya menyukainya karena aku baru tahu bahwa ada hal baru (dalam pikiranku) mengenai itu. Bahwa rupanya hal yang kita pikir baik-baik saja dan sudah semestinya begitu rupanya tidak demikian. Bahwa rupanya didunia ini banyak hal yang masih tercover, kita patut menelanjanginya agar kita tahu apa sebenarnya yang terjadi, dan agar dunia ini berkembang. Baru pertama kali aku memiliki sesuatu ketertarikan yang rasanya sudah serasa keluarga, kami berteman akrab, aku dan feminisme, kami memiliki moment tersendiri dalam hidup kami. Itu saja.

Dan bagaimana jadinya aku dengan feminisme ini?, entahlah. Tapi aku yakin pengharapan feminis tentang kesetaraan dan kontestasi yang diimpikan akan terwujud. Tapi aku sadar sekali bahwa ada beberapa hal yang gak akan pernah berubah. Bahwa perempuan akan senantiasa mengerti, bersabar dan menanti. Bukanlah salah kaum laki-laki yang membuat para perempuan dalam kondisi seperti itu, hanya saja Tuhan amat menyayangi perempuan sehingga Ia memberikan kelebihan itu. Salam hangat bagi seluruh perempuan di seluruh dunia, atau yang sedang tamasya di luar angkasa. Bersyukurlah karena Tuhan menganugerahimu kelembutan hati :).

Maret 21, 2013

Jalan Taqwa



Ketika Ketaqwaan Menjadi Sebuah Permainan

Manusia telah menyalahgunakan ketaqwaannya terhadap Illahi. Manusia seluruhnya menyadari bahwa terdapat kekuatan yang agung yang menguasai seluruh apa yang ia ketahui ada dan bahkan yang belum ia ketahui keberadaannya. Manusia mengaku telah mengimaninya oleh sebab itu kemudian timbul perilaku yang bernama taqwa dalam diri mereka. Seperti apa taqwa tersebut?. Taqwa sekarang telah salah dipergunakan, taqwa tidak lagi memiliki makna seperti yang semestinya. Orang mempergunakan taqwa sebagaimana mereka mempergunakan pakaian mereka. Bukankah itu baik bahwa pakaian adalah sesuatu yang senantiasa dipakai?. Masalahnya sekarang adalah pakaian itu sendiri juga banyak sekali yang tidak selayaknya untuk dipakai. Begitu juga dengan taqwa manusia. Seringkali manusia memakai ketaqwaan yang tidak semestinya. Taqwa kemudian bermakna kondisional, dimana manusia bisa sesuka hati menentukan kapan dia taqwa dan kapan dia harus membangkang. Allah dengan segala keagunganNya tentu saja merasa dipermainkan. Manusia itu dia pikir dia siapa sehingga berani mensiasati Allah?. Sehingga jangan salahkan Allah apabila kemudian kau dihukum. Ujian yang dating padamu tidaklah serta merta merupakan ujian yang hanya bersifat mendidikmu, hal itu bisa berlaku sebagai hukuman. Kau mengentengkan Allah?, kau pikir kau bisa hidup tanpa bantuanNya?, Kau sudah merasa hebat?. Lalu Allah menunjukkan sedikit saja bagian dari kuasanya dan manusia akan mendekati batas kegilaannya, tentu mereka akan benar-benar gila apabila mereka tidak kembali kepada garis ketaqwaan yang seharusnya. 

Allah maha pengampun, namun jangan lupakan Allah Maha Mengetahui. Bahkan Allah mengetahui siapa saja yang benar-benar meminta ampunan dan siapa saja yang pasti akan mengulangi kesalahannya. Manusia hanyalah pendusta amatiran. Lalau dia pikir dia bisa mendustai Allah dengan taubat palsunya?. Apalagi yang bisa kau lakukan ketika kau menghadapi kesulitan yang benar-benar telah menemukan jalan buntu?. Kau mau lari kemana?. Ingatlah bahwa seakhir-akhirnya jalan kembali adalah kepada penciptamu yakni Allah Subhanallahu Wataala. Kau kembali lagi kepada Allah setelah sekian kali berkhianat, apakah kau yakin akan dapat maafNya?. Allah Maha Pengampun, Allah mengampuni permintaan ampunan yang benar-benar tulus. Lalu bagaimana cara untuk menunjukkan ketulusan tersebut?. Tunjukkan dengan cara memperlihatkan penyesalanmu setiap kali kau membuka matamu, ketika kau merasakan nikmat menghirup nafas dan ucapkan Istighfar setiap kali penyesalan itu kau rasakan. Insya Allah permintaanmu untuk dimaafkan akan dikabulkan. Dan berikrarlah, demi Allah, lebih kepada dirimu sendiri bahwa kau tidak akan mengulanginya lagi. Bertaubatlah karena sesungguhnya hukuman Allah itu nyata dan kau adalah makhluk yang tidak berdaya dalam menghadapi kemurkaannya……

Maret 16, 2013

Life is so truee..

Pagi ini sabtu yang membahana dengan segenap kemalasan, teman setiaku. Saya ingat dulu saya bukan pemalas karena saya dituntut untuk menjadi yang terbaik dalam beberapa kurun waktu. Ketika saya terbebas dari tuntutan itu, saya berkata pada diri saya sendiri, "kau boleh mencoba bermalas-malasan, tapi jangan lama-lama". Tapi hukum kehidupan ini sudah terlanjur mengatakan bahwa sesuatu hal yang dilarang akan cenderung diulang. Yaa.. dan aku kemudian menjalani pola hidup malas selama sepuluh tahun terakhir ini. Aku belum pernah mengenal tipe orang moody yang melebihi derajat ke-moody-anku. Aku tidak akan menyapa orang apabila aku tidak mood, aku tidak akan pergi kemanapun meskipun itu wajib apabila aku tidak dalam mood untuk pergi. Dan sekarang aku lagi gak mood untuk meneruskan tulisan ini. Jadi apa donk? kita berhenti saja disini :)

Dalam perjalanan hidupku ada yang bilang bahwa kita patut memasang target tertentu yang ingin kita capai dalam hidup ini apabila ingin hidupmu teratur. Ide yang bagus!. Jadi saya menurutinya. Hal pertama yang saya buat adalah catatan hutang. And then yang terjadi adalah, mood ku jadi berubah tambah buruuuk. Karena apa? aku menemukan fakta bahwa rupanya mereka hampir mendekati mustahil untuk diselesaikan :P. Lalu saya mencoba nge-list daftar keinginan dalam hidup dan rundown kehidupanku. Lamaaaaaaaa saya mengaturnya sampai-sampai saya kepikiran bahwa tidakkah saya sedang melangkahi wewenang Tuhan?. Hahaha.. memang sih tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa dosa besar menuliskan target hidup, masalahnya saya adalah tipe orang yang tidak ingin meninggalkan pekerjaan setengah-setengah. Maksudnya, kalau saya membuat rundown kehidupan, berarti saya juga harus membuat jadwal kematian (=.="). Saya tidak yakin bahwa saya ingin berada di dunia ini terlalu lama, tapi saya memang butuh waktu banyak untuk menebus dosa-dosa saya agar saya tidak perlu direbus di api neraka nantinya. Apakah saya bisa request tahun kematian saya kepada Tuhan?. BODOH!

Satu lagi yang cukup menguras waktu saya dalam membuat rundown ini. Adalah kapan saya akan menikah?. Salah, bukan kapan, tapi apakah saya akan menikah???. Saya bukanlah seorang feminis radikal, tapi saya merasa bahwa pernikahan itu sama jauhnya dengan kapan saya akan sembuh dari trauma buah rambutan. Saya senantiasa berdoa, ubahlah saya Ya Allah, jadikan saya wanita normal yang galau mengenai pernikahan every minutes in my life like everybody else. Saya tahu karma memang akan datang, sebagaimana yang kakak saya katakan bahwa dosamu dibayar kontan saat kau hidup, di akhirat itu masalah bunganya ajah :D. Saya selama ini senantiasa menyeringai dan tertawa di dalam hati apabila melihat teman-teman/ kakak-kakak yang galau pengen nikah. Saya berfikir bahwa mereka kurang kerjaan, dan konyol sekali. Dan saya takut Tuhan akan menghukum saya dengan menjadikan saya perawan seumur hidup T.T. Ampuni saya Tuhaaaaaaaaaaaaann.

Tapi saya ingin punya anak di usia muda. Saya tidak ingin (belum) menikah tapi saya ingin punya anak. Saya ingin menjadikannya teman hidup saya, kereen sekali. Seorang anak yang pintar dan tampan kayak Baek Seung Joo ;) atau yang mama boy kayak di dorama 'Risou No Musuko'. Jadi saya pengen jadi mama di usia 25, tapi saya belum menerima konsep pernikahan. Saya ingin jadi the great mama. Seorang wonderwoman kebanggaan yang mengajak anaknya keliling dunia sehingga dia fasih berbicara banyak bahasa. Lalu dia harus pandai matematika, fisika, kimia, pokoknya segala macam hal yang saya tidak bisa dia harus bisa. Dia harus pintar nyanyi dan baca Al-Qur'an, balance kaaann. Tidak malas bangun pagi untuk shalat subuh dan ikhlas harus membaca al-ma'surat dan mendengarkan taujih pagi :D. Apalagi yaa?, eh tidak berwajah boros, awet muda. Dia juga harus gak gaptek, bahkan jadi hacker kayak Daisy, pintar renang, suaranya bagus pintar ngeband kayak Jung Yong Hwa dannn saya merasa akan menghancurkan hidup seorang anak manusia dengan sederet keinginan saya. Jadi intinya, biarlah dia jadi dirinya sendiri. Seperti saya begini adanya, saya tidak ingin orang lain banyak menuntut saya karena saya juga menerima mereka apa adanya. Saya begini dan ini bukan penyakit, inilah diri saya.

 Saya berhenti menuliskan rencana hidup saya saat saya menyadari pengalaman hidup saya selama ini. Bahwa apapun yang tertulis dalam hidup saya pasti tidak tercapai T.T. Jadi tema kehidupan saya adalah unpredictable, kalau begitu lebih baiknya saya menuliskan hal-hal yang tidak saya inginkan. Biar mereka tidak pernah terjadi. Apa itu??, saya tidak ingin mati dalam keadaan mengenaskan seperti tikus dijalanan surabaya yang seluruh organ tubuhnya keluar karena terlindas transportasi. Saya tidak ingin ibu saya pergi seperti cara bapak saya pergi, saya tidak ingin saat lulus kuliah saya linglung mau kemana dan menjadi pengangguran karena saya menjadi sorotan seluruh warga kampung saya :((. Saya tidak ingin hal-hal traumatis dalam hidup saya membawa dampak yang mengerikan bagi masa depan saya, cukuplah saya menyesalinya selama ini, jangan tambah saya hukuman yang lebih berat dari ini. Akhir kata saya sampai pada kesimpulan bahwa; benarkah hidup ini bisa sesuai dengan request kita?...............