Labels

What's on Earth?

Pembantaian Muslim Rohingya: Dunia yang Sudah Renta
by. Mbak Nita/ 01 Aug 2012

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace
You may say,
I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope some day
You'll join us
And the world will be as one
- Avril Lavigne: Imagine -





(Pria muslim Rohingya menangis ketika dipaksa untuk naik kapal untuk dikembalikan ke Myanmar dekat pos penjaga perbatasan di Taknaf, Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP) - http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/07/27/m7t6td-para-biksu-sebarkan-kebencian-kepada-muslim-rohingya - )

Petikan lirik lagu diatas menggambarkan pengharapan atas kedamaian dunia, mungkin terkesan seperti kampanye penyatuan dunia namun kita dapat menarik esensi harapan setiap manusia untuk hidup damai tanpa adanya konflik pelanggaran HAM. Tersebut bahwa pemicu konflik utama di dunia ini adalah keberadaan negara dan agama. Bayangkan apabila tidak ada negara, tidak ada agama, tidaka akan ada yang saling membunuh ataupun dibunuh. Benarkah negara ataupun agama biang kekacauan dunia?. Namun bisakah manusia hidup tanpa aturan yang dipegang?. Mungkin benar apabila perbedaan kepentingan memicu segala konflik, baik itu kepentingan negara ataupun agama tertentu yang saling bergesekan antara kepentingan-kepentingan sejenis lainnya. Namun negara dan agamalah yang berfungsi menata kehidupan ini. Jadi intinya hampir seluruh unsur dalam kehidupan ini berparadoks. Seperti koin yang memiliki dua sisi, kebaikan dan keburukan dapat ditimbulkan secara bersamaan tergantung dengan persepsi masing-masing. Hati-hati dengan apa yang kau pegang, apakah itu tisu yang lembut yang bisa mengusap keringatmu dikala matahari membuatmu berpeluh keringat sekaligus apakah itu sebuah alat yang bisa kau beri racun dan kau bungkamkan kepada temanmu yang kau benci hingga ia mati. Manusia adalah makhluk ciptaanNya yang sempurna. Kesempurnaan itu disebabkan manusia dapat memiliki dua sisi sifat sekaligus, entah itu malaikat maupun iblis.

Keberadaan muslim Rohingya memang semenjak dulu diterima secara setengah hati oleh pemerintah Myanmar, sebab mereka menganggap bahwa kaum Rohingya bukanlah bagian dari bangsa mereka, melainkan kaum imigran dari Bangladesh. Letak wilayah merekapun berbatasan dengan Bangladesh oleh karena itu sering kali warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh namun apabila pemerintah disana  mengetahuinya mereka akan segera dikembalikan kewilayahnya kembali. Entah mengapa terkesan bahwa menerima keberadaan muslim Rohingya bagi beberapa negara sekitar seperti saling melempar bola api. Bukankah setiap umat di bumi ini layak dan patut untuk hidup diatas bumi yang diciptakan olehNya?. Aku hanya penasaran apakah mereka memiliki kebiasaan hidup yang merugikan bagi negara yang ditinggalinya?. Bagaimana sebenarnya kaum Rohingya hingga seolah menjadi kaum yang terbuang??.

Penganiayaan atas kaum muslim Rohingya bukanlah suatu fenomena baru di Myanmar, hal ini telah berlangsung semenjak puluhan tahun lalu. Keberadaan kaum Rohingya di negara itupun tidak mendapatkan perlindungan hukum, penganiayaan atas mereka tidak pernah diusut dan diadili sebab pemusnahan kaum muslim Rohingya sudah seakan hal yang wajar dan bahkan disebut-sebut telah menjadi kampanye dari para kalangan lain semacam para bhiksu untuk membenci kaum muslim Rohingya. Andai saja dalam hal ini berlaku pepatah Benci jadi Cinta, hah.. 

#Kemana perginya Aung San Suu Kyi?? --> NEXT!
 


0 komentar: