Labels

Juni 17, 2012

Time to Change

"Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)"

Aku dilahirkan menjadi orang yang mandiri. Semuanya kukerjakan sendiri, kupikirkan sendiri dan bisa dikatakan hidup menyendiri. Orang tua tidaklah terlalu berperan banyak dalam perkembangan karakterku. Jadi sama sekali tidak ada yang dapat disalahkan dari mereka ketika telah dewasa seperti ini aku menemukan kenyataan bahwa aku tumbuh dengan karakter yang  semakin 'mengerikan' dalam bertambahnya usia. Seberapa mengerikannyakah watakku?, kita akan memilahnya satu per satu namun sebelumnya aku ingin menyisipkan satu cerita klasik.

Suatu hari, ketika Boo-SS berusia 5 tahun pada moment rekreasi TK Dharmawanita kota X dia merasa sangat takut sekali saat melongok ke kolam renang yang telah dikosongkan tanpa air. Dia berfikir bahwa inilah neraka, mengerikan sekali karena sangat dalam lebih dalam dibandingkan sumur, sangat luas dan kelihatan menakutkan (gak tau apanya yang mengerikan =.="). Lama sekali ia mengamati kolam itu, sampai-sampai ketinggalan rombongan (bukan kali pertama dan terakhirnya nyasar seorang diri). Pada kesempatan itulah titik dimana ia menemukan 'kesaktiannya'. Apa yang ia lakukan seorang diri (diri yang masih balita) di taman rekreasi yang luas???. OOOpppss anda salah! dia tidak menangis sama sekali tidak. Bahkan ia tidak berminat untuk mencari rombongannya. Ia mengikuti seorang pedagang mainan gelembung sabun yang ditiup (entah apa itu namanya??) sampai orangnya merasa risih dan kemudian memberinya satu botol gelembung dan menyuruhnya mencari orang tuanya.
Pada kesempatan itu pula ia mendengar namanya disebut-sebut di pengumuman anak hilang. Namun sayangnya ia sama sekali tidak berminat untuk kembali ke 'jalan yang benar'. Ada hal yang lebih menarik untuk diamatinya. Kebetulan sekali ada sesosok disney yang amat besar, melambai-lambai di tengah jalan namun lambaiannya ini entah mengapa malah membuat banyak anak kecil menjerit-jerit ketakutan. Ia berdiri tepat didepan mascot tempat wisata itu tanpa sedikitpun kegentaran. Kemudian datanglah serombongan keluarga yang ingin berfoto dengan sang mascot. Mereka berfoto bersama kecuali anak mereka yang kecil dan ayahmya. Anaknya menjerit-jerit ketakutan dan ayahnya bertugas menenangkan si anak (good daddy). Ahh, menyenangkan sekali karena si anak tak kunjung reda shocknya dan si ibu berinisiatif untuk menggantikan anaknya dengan bocah kecil yang mlongo di depan mascot itu. Seharusnya ini menjadi sekuel dari kisah "Putri yang tertukar", namun ia rupanya hanya 'diajak' berfoto karena kasihan.    
Klimaksnya, sore hari beberapa menit menjelang maghrib rombongan akhirnya menemukan Boo-SS di kolam renang semula. Ibunya menangis seperti menang undian wisata ke Luar planet sedangkan ia berontak dari pelukan sang ibu sambil menjerit-jerit gak mau pulang. Beberapa hari setelah 'tragedi' wisata itu, sekeluarga ia melihat-lihat dokumentasi wisata TK. Dan menyedihkan sekali karena tidak ada satupun foto yang terdapat dirinya didalamnya. Yang banyak nampang adalah sang ibu dengan pose elite mother nya. Kesal sekali saat ia mendengar uforia ibunya yang merasa fotonya (yang tanpa anaknya) sangat bagus dan berniat membesarkan ukuran fotonya menjadi 10R dan memajangnya di ruang tamu. Si anak sangat kesal sekali, namun ia hanya diam saja sambil lalu. Baru saat malam menjelang ia beraksi. Ia mengambil album foto yang masih tergeletak di meja ruang keluarga, kemuadian berlari kedepan rumah dan melemparnya ke parit. Huahahahahahah.... (tawa demit). Setelah berhasil mengahnyutkannya ke parit yang dipikirnya akan hanyut ke samudera Atlantik dan ikut menjadi bagian dari bangkai Titanic, ia tersenyum puas dan mengakhiri misinya dengan mengibaskan tangannya dua kali sambil meringis hihihihihi.. (what a devil girl!).

Kisah diatas merupakan ilustrasi pembuka dari telaah karakter yang akan aku bedah. Betapa ini perlu untuk segera disembuhkan sebelum stadium akhir. Kesimpulan sementaranya adalah aku terlahir bukan untuk menjadi "Cinderella Generation". Aku menyadari hal itu, namun aku tidak berniat untuk merubah diriku menjadi Cinderella dengan keutamaan sifatnya. Apa salahnya menjadi 'Cinderella Stepsister' apabila ia lebih banyak berperan bagi perbaikan kehidupan umat ini. Sayang sekali karena I don't have enough time now  untuk memilah satu persatu sifiat burukku kemudian mencari solusi untuk menjadikannya hal yang bermanfaat. Semoga pada kesempatan yang akan datang aku benar-benar dapat melakukannya!!!. See ya...